Pages

Sabtu, 05 Februari 2011

SINDROMA CHUSING

LAPORAN PENDAHULUAN
PADA KLIEN DENGAN KASUS
SINDROMA CHUSING



A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Sindroma chusing adalah Kumpulan gejala akibat peningkatan hormon Glukokortikoid atau Kortisol. Bila penyebabnya akibat adenoma hipofisis. Sekresi ACTH menigkat disebut penyakit chusing. (Ilmu Penyakit Dalam, Prof. Dr. A Halim M, 391)
Sindroma Chusing adalah kumpulan gejala klinis yang ditimbulkan oleh pemberian dosis farmakologis kortikosteroid sintetik.
(IPD Jilid I,827)
• Etiologi
Penyakit Chusing(hiperplasia adrenal): sekitar 70-80% dari sindroma chusing. Wanita lebih sering terserang.
• Penyakit adrenal primer(10-15) : Adenoma, Karsinoma
• Ectopic ACTH sindroma: Oat cell carsinoma paru, tumor carsinoma paru, tumor thymus, tumor pankreas, tumor ovarium, karsinoma meduler tiroid.
• Sindroma latrogenik: overdosis pemberian glukokortikoid
• Sindroma chusing alkoholik: alkohol meningkatkan kadar kortisol














2. Patofisiologi
Overdosis pemberian glukokortisol
Sindroma chusing alkoholik
Hiperplasia / neuplasma adrenal
Adenoma

Peningkatan kortisol

- Substrat renin meningkat
- Penghambatan degregasi katekolamin
- Reaktivitas terhadap vasokontriktor meningkat




















3. Manifestasi Klinis
• Muncul perlahan-lahan selama berbulan-bulan/ bertahun-tahun dan bisa hilang timbul
• Gejala bervariasi tidur dari BB meningkat, amenore sekunder(infertilitas), kelemahan otot, perubahan wajh, HT, DM. Bisa disertai sakit pinggang, pendarahan bawah kulit, striae, jerawat dan hirsutisme, kondisi otot jelek.
• Wajah bulat dan merah/ moon face
• Terdapat bantalan lemak pada daerah punggung atas dan diatas clavikula (buffalo hump)
• Tekanan darah meningkat dan ada komplikasi HT
• Kardiogravi menunjukan osteoporosis dan pelebaran selatursica
• Wajah pasien kemerah-merahan biasa disertai kegemukan sedang sampai berat.
4. Diagnosa Banding
• HT
• Mudah terkena infeksi
• Osteoporosis
• Sindrim Nelson
(IPD Diagnosa dan tindakan, 392)
5. Pemeriksaan Laboraturium
1. Gangguan toleransi glukosa
2. Lekositosis
3. Limfopeni
4. ACTH rendah
Pemeriksaan khusus : MQ, hipofise
( IPD tindakan + diagnosa, 392 )
6. Pemeriksaan Penunjang
1. Urinari Free Kortisol meningkat: kortusol plasma(>20 ug % pada jam 8.00 pagi dan tnpa variasi diural: dexamethaxone supresive test positif)
2. Untuk mencari penyebab: test metirapon, kadar ACTH, arteriografi, verografi, CAT
7. Terapi
1. Adrenalektomi bilateral
2. Iradiasi dan metirapon
3. Untuk CA adrenal yang metastatik: adrenolystik agent ( OP. DDD )
Untuk Ectopic ACTH syndroma, operasi, persiapan dengan metirapon.
Untuk sindroma Chusinc latrogenik, dosis steroid diturunkan pelan – pelan dengan menuju dosis terakhir pagi hari.
8. Penatalaksanaan
• Dexamethasone suppresion test ( grant liddle test ).
Tab. Dexa 1mg + sedativa diberikan sebelum tidur ( harus tidur nyenyak dan tidak boleh ada stess ). Pada pagi hari jam 8 diambil darah untuk pemeriksaan kortisol ( orang normal kadar kortisol > 6 mg % ). Pada sindroma chusing High Dose Dexamethosone Suppresion test yakni :
Tab. Dexa diberikan 2 mg tiap 6 jam selama 2 – 3 hari. Pada hiperplasia adrenal bilateral akan terjadi penekanan kortisol plasma + urine per 24 jam tetapi hal ini tidak terjadi pada aderoma, ca + etopic ACTH syndrome.
• Methyrapone stimulation test
Dosis tunggal 3 gr ( 12 tab ) methyrpone diberikan bersama makanan + minuman. Apabila kortisol tidak meningkat, maka lebih cendeung tumor daripada hiper plasia. Lebih baik dengan pengukuran 11 – deoksikortisol pada pagi berikutnya. Apabila 11 – deoksikortisol lebih baik > 7 xg % maka ini normal. Apabila tidak ada respon, maka terdapat defisiensi ACTH hipofise / dosis methcapon berkurang.
• Methyrapone menghambat tahap 11 – idroksilasi untuk pembentukan kortisol sehingga turunnya kortisol akan merangsang ACTH.
Terapi Umum
1. Istirahat
2. Diir
3. Medikamentosa
• Obat pertama obat menghambat kortisol
 Methyrapone
 Aminoglutetimid
• Obat alternative
- Azatioprin
4. Opersi
Operasi tumor hipofisis (penyakit Chusing) dan adrenal (sindroma chusing).
( IPD Diagnosa dan tindakan , 392 )




B. KONSEP PENYAKIT
1. Pengertian
a. Indentitas
70 – 80 % wanita lebih sering menderita sindroma chusing. Biasanya terjadi pada dewasa muda atau usia pertengahan dan lebih pada perempuan dan pada laki-laki. (IPD jilid I, 824).
b. Keluhan utama
Pasien mengeluh adanya kelemahan pada otot, mudah memar, luka lambat sembuh, amenore/infertil, sakit kepala/pinggang, poliguri, kehausan.
c. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan badannya mudah lelah, mudah marah, BB meningkat.
d. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah penyakit keluarga ada yang pernah menderita penyakit yang sama, agar dapat diketahui apakah penyakit tersebut menurun/menular
e. Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien pernah menderita HT, DM ataupun obesitas.
f. Body sistem
- Sistem pernafasan sering terjadi peningkatan percepatan pernafasan, terjadi takipnea bahkan sampai terjadi dipnea.
- Sistem kardiovaskuler terjadi HT
- Sistem G1 sering terjadi polidipsi, peningkatan BB.
- Sistem integumen sering moonface, kulit tipis transparan, peningkatan pigmentasi, mudah memar, mudah berdarah.
- Sistem muskuluskeletal kondisi otot jelek, bufallo hump, obesitas badan dengan akstremitas kecil, sakit pinggang, osteoporosis,penumpukan lemak supra klavicular.
2. Dx Keperawatan
1. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan kerja otot jantung.
2. Gangguan rasa nyaman (pusing) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular cerebral.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai O¬2
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebuttuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
5. Resiko cidera berhubungan dengan defeksi kelemahan.
6. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan proses penyembuhan luka
7. Defisit perawatan diri berhubungan dengan intoleransi aktivitas.
8. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan odem/peningkatan BB.
9. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pusing.
10. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan suplai O2 kurang.
11. Ganguan mental berhubungan dengan penurunan fungsi otak
Rencana Askep
Dx. 1
Tujuan


Kriteria hasil : :


: Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan kerja otot jantung.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 – 3 hari curah jantung normal.
- Curah jantung normal.
- Irama frekuensi jantung normal.
- Pasien terlihat rilex
Intevensi :
1. Obesitas, TTV, kaji frekuensi, irama jantung
R/ untuk mengetahui secara dini adanya komplikasi baru
2. Kaji kulit terhadap pucat stanosis.
R/ pucat menunjukkan penurunannya perfusi perifer sekunder terhadap tidakadekuatnya curah jantung, anemia.
3. Diberikan diet TKTPRG
R/ garam dapat menyebabkan refensi dari sehingga dapat memberatkan kerja jantung.
4. Mengurangi mobilisasi
R/ gerakan yang aktif dapat memacu kerja jantung
5. Hindari aktifitas respon valsalva
R/ manuver valsalva menyebabkan rangsang vagal diikuti dengan tekanan yang selanjutnya berpengaruh pada frekuensi jantung/curah jantung.
6. Kolaborasi dengan pemberian obat vasodilator
R/ vasodilator digunakan untuk meningkatkan curah jantung.
Dx. 2

Tujuan

Kriteria hasil :
:

: Gangguan rasa nyaman (pusing) berhubungan dengan meningkatnya tekanan vaskuler serebral.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 – 3 hari pusing berkurang.
Klien mengatakan pusingberkurang.
Intervensi :
1. Obesitas TTV
R/ untuk mengetahui secara dini adanya komplikasi.
2. Mengurangi mobilitas
R/untuk meminimalkan aktifitas tubuh maka akan mengalami relaksusi.
3. Berikan posisi semi fevoler
R/untuk meminimalkan tekanan darah ke otak.
4. Berikan massage secara perlahan
R/dapat mengurangi nyeri dikepala pasien.
5. Berikan suasana yang nyaman
R/dapat mengalihkan perhatian klien.
6. Kolaborasi dengan pemberian analgesik
R/ obat analgesik dapat mengurangi nyeri.
Dx. 3

Tujuan

Kriteria hasil :
:

: Intolerasni aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai O2 menurun.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 – 3 hari mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur.
Klien dapat melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan
Intervensi :
1. Periksa tanda vital sebelum dan setelah aktivitas terutama bila klien menggunakan vasodilator.
R/hipotensi ortostatik dapat tindakan dengan aktivitas kerena efek obat (vasodilasi).
2. Kaji presipitator penyebab kelemahan
R/ kelemahan adalah efek samping beberapa obat.















ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1






2







3 S : Klien mengatakan kepalanya pusing, sulit untuk tidur
O : Keadaan umum klien terlihat lemah, sering terjadi terjadi pada malam hari BB = 80 kg, TB = 149 cm, T = 160/90 mmHg.
S : Klien mengatakan mudah lelah, pusing, terkadang terasa berdebar , mudah marah
O : Keadaan umum klien terlihat lemah, odem, BB = 80 kg, TB = 149 cm, T = 160/90 mmHg
S : Klien mengatakan mual-muntah tidak nafsu makan
O : Keadaan umu klien lemas, muntah 3x.
BB = 80 kg, TB = 149 cm
T = 160/90 mmHg
Peningkatan kortisol

Vaso kontriksi

Retensi H2O
Glukokortikoid

HT

Kerja otot jantung meningkat

Terjadi gagal jantung

Menurunnya curah jantung

Tekanan vascular serebral

Volume cairan dalam otak meningkat

Rangsang cerebelum

Pusing

Mual-muntah

Anoreksia

Gangguan pola makan

Intake tidak adequat

Gangguan pola pemenuhan nutirisi

Tekanan vaskuler cerebral

Vol. cairan dalam otak meningkat

Rangsang cerebelum

Pusing

Sulit tidur

Perubahan pola tidur Resiko peningkatan curah jantung








Pola pemenuhan nitrisi










Perubahan pola tidur
NCP
No Dx Kep Perencanaan
Tujuan Intervensi Rasional
1 1






























2
















3 Japen :
- Nutrisi, klien dapat dipenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 – 6 jam.
- Klien dapat mengetahui tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh.
- Mual-muntah be < s/d hilang.























Japen :
- Pusing sedikit setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 – 4 jam.
- Klien mengetahui penyebab pusing
Japan :
- Pusing berkurang sampau dan hilang sehingga klien dapat tidur dan normal selama ± 7 – 8 jam sehari setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1-2 hari
Kriteria :
- Klien terlihat rilex
Japen :
- Curah jantung sedikit normal setelah dilakukan tindakan selama 2-4 jam
Japan :
- Curah jantung dapat dikatakan n setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 – 2 hari.
- TD, Nadi, sedikit n sampai dengan normal.
Kriteria :
- Klien terlihat rilek
- TD, nadi n

1. Obs, TTV, TD, Nadi, suhu
2. Tingkatkan lingkungan, nyaman dan perhatikan masukan.
3. Berikan makan sedikit dan makanan kecil tambahan yang tepat.
4. Buat pilihan menu yang ada dan izinkan klien untuk mengontrol pilihan sebenarnya mungkin.
5. Kolaborasi dan pemberian analgetik


















1. Evaluasi tingkat stress/orientasi ssi perkembangan hari
2. demi hari 1. Dapat mengontrol kondisi tubuh klien untuk mengetahui secara dini adanya komplikasi.
2. Lingkungan yang nyaman semua intake pada klien diperhatikan untuk menghindari dari rasa mual yang dirasakan klien.
3. Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makan terlalu cepat sehinga dapat menyebabkan rasa sebah yang merupakan pemicu mual.
4. Ada variasi pada makanannya tapi tetap nutrisinya terjaga dan tidak menyebabkan mual.
5. Obat analgetik dapat meningkatkan mual-muntah sampai hilang
1. Peningkatan kebingungan, disorientasi dan tingkah laku yang telah kooperatif dapat melanggar pola tidur yang mencapai tidur puas.
2. Penguatan bahwa saatnya tidur dan mempertahankan kesetabilan lingkungan

0 komentar:

Posting Komentar