Pages

Kamis, 24 Maret 2011

imunisasi pada anak

IMUNISASI PADA ANAK
imunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu.
Vaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk membantu mencegah suatu penyakit. Vaksin membantu tubuh untuk menghasilkan antibodi. Antibodi ini berfungsi melindungi terhadap penyakit.
Vaksin tidak hanya menjaga agar anak tetap sehat, tetapi juga membantu membasmi penyakit yang serius yang timbul pada masa kanak-kanak.
Vaksin secara umum cukup aman. Keuntungan perlindungan yang diberikan vaksin jauh lebih besar daripada efek samping yang mungkin timbul.
Dengan adanya vaksin maka banyak penyakit masa kanak-kanak yang serius, yang sekarang ini sudah jarang ditemukan.

Imunisasi BCG
Vaksinasi BCG memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosis (TBC).
BCG diberikan 1 kali sebelum anak berumur 2 bulan. BCG ulangan tidak dianjurkan karena keberhasilannya diragukan.
Vaksin disuntikkan secara intrakutan pada lengan atas, untuk bayi berumur kurang dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,05 mL dan untuk anak berumur lebih dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,1 mL.
Vaksin ini mengandung bakteri Bacillus Calmette-Guerrin hidup yang dilemahkan, sebanyak 50.000-1.000.000 partikel/dosis.
Kontraindikasi untuk vaksinasi BCG adalah penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita leukemia, penderita yang menjalani pengobatan steroid jangka panjang, penderita infeksi HIV).
Reaksi yang mungkin terjadi:
1. Reaksi lokal : 1-2 minggu setelah penyuntikan, pada tempat penyuntikan timbul kemerahan dan benjolan kecil yang teraba keras. Kemudian benjolan ini berubah menjadi pustula (gelembung berisi nanah), lalu pecah dan membentuk luka terbuka (ulkus). Luka ini akhirnya sembuh secara spontan dalam waktu 8-12 minggu dengan meninggalkan jaringan parut.
2. Reaksi regional : pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher, tanpa disertai nyeri tekan maupun demam, yang akan menghilang dalam waktu 3-6 bulan.
Komplikasi yang mungkin timbul adalah:
• Pembentukan abses (penimbunan nanah) di tempat penyuntikan karena penyuntikan yang terlalu dalam. Abses ini akan menghilang secara spontan. Untuk mempercepat penyembuhan, bila abses telah matang, sebaiknya dilakukan aspirasi (pengisapan abses dengan menggunakan jarum) dan bukan disayat.
• Limfadenitis supurativa, terjadi jika penyuntikan dilakukan terlalu dalam atau dosisnya terlalu tinggi. Keadaan ini akan membaik dalam waktu 2-6 bulan.
Imunisasi DPT
Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi terhadap difteri, pertusis dan tetanus.
Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal.
Pertusis (batuk rejan) adalah inteksi bakteri pada saluran udara yang ditandai dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi pernafasan yang melengking. Pertusis berlangsung selama beberapa minggu dan dapat menyebabkan serangan batuk hebat sehingga anak tidak dapat bernafas, makan atau minum. Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti pneumonia, kejang dan kerusakan otak.
Tetanus adalah infeksi bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan pada rahang serta kejang
Vaksin DPT adalah vaksin 3-in-1 yang bisa diberikan kepada anak yang berumur kurang dari 7 tahun.
Biasanya vaksin DPT terdapat dalam bentuk suntikan, yang disuntikkan pada otot lengan atau paha.
Imunisasi DPT diberikan sebanyak 3 kali, yaitu pada saat anak berumur 2 bulan (DPT I), 3 bulan (DPT II) dan 4 bulan (DPT III); selang waktu tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi DPT ulang diberikan 1 tahun setelah DPT III dan pada usia prasekolah (5-6 tahun).
Jika anak mengalami reaksi alergi terhadap vaksin pertusis, maka sebaiknya diberikan DT, bukan DPT.
Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi awal, sebaiknya diberikan booster vaksin Td pada usia 14-16 tahun kemudian setiap 10 tahun (karena vaksin hanya memberikan perlindungan selama 10 tahun, setelah 10 tahun perlu diberikan booster).
Hampir 85% anak yang mendapatkan minimal 3 kali suntikan yang mengandung vaksin difteri, akan memperoleh perlindungan terhadap difteri selama 10 tahun.
DPT sering menyebakan efek samping yang ringan, seperti demam ringan atau nyeri di tempat penyuntikan selama beberapa hari. Efek samping tersebut terjadi karena adanya komponen pertusis di dalam vaksin.
Pada kurang dari 1% penyuntikan, DTP menyebabkan komplikasi berikut:
• demam tinggi (lebih dari 40,5° Celsius)
• Kejang
• Kejang demam (resiko lebih tinggi pada anak yang sebelumnya pernah mengalami kejang atau terdapat riwayat kejang dalam keluarganya)
• Syok (kebiruan, pucat, lemah, tidak memberikan respon).
Jika anak sedang menderita sakit yang lebih serius dari pada flu ringan, imunisasi DPT bisa ditunda sampai anak sehat.
Jika anak pernah mengalami kejang, penyakit otak atau perkembangannya abnormal, penyuntikan DPT sering ditunda sampai kondisinya membaik atau kejangnya bisa dikendalikan.
1-2 hari setelah mendapatkan suntikan DPT, mungkin akan terjadi demam ringan, nyeri, kemerahan atau pembengkakan di tempat penyuntikan.
Untuk mengatasi nyeri dan menurunkan demam, bisa diberikan asetaminofen (atau ibuprofen).
Untuk mengurangi nyeri di tempat penyuntikan juga bisa dilakukan kompres hangat atau lebih sering menggerak-gerakkan lengan maupun tungkai yang bersangkutan.
Imunisasi DT
Imunisasi DT memberikan kekebalan aktif terhadap toksin yang dihasilkan oleh kuman penyebab difteri dan tetanus.
Vaksin DT dibuat untuk keperluan khusus, misalnya pada anak yang tidak boleh atau tidak perlu menerima imunisasi pertusis, tetapi masih perlu menerima imunisasi difteri dan tetanus.
Cara pemberian imunisasi dasar dan ulangan sama dengan imunisasi DPT.
Vaksin disuntikkan pada otot lengan atau paha sebanyak 0,5 mL.
Vaksin ini tidak boleh diberikan kepada anak yang sedang sakit berat atau menderita demam tinggi.
Efek samping yang mungkin terjadi adalah demam ringan dan pembengkakan lokal di tempat penyuntikan, yang biasanya berlangsung selama 1-2 hari.
Imunisasi TT
Imunisasi tetanus (TT, tetanus toksoid) memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tetanus. ATS (Anti Tetanus Serum) juga dapat digunakan untuk pencegahan (imunisasi pasif) maupun pengobatan penyakit tetanus.
Kepada ibu hamil, imunisasi TT diberikan sebanyak 2 kali, yaitu pada saat kehamilan berumur 7 bulan dan 8 bulan.
Vaksin ini disuntikkan pada otot paha atau lengan sebanyak 0,5 mL.
Efek samping dari tetanus toksoid adalah reaksi lokal pada tempat penyuntikan, yaitu berupa kemerahan, pembengkakan dan rasa nyeri.

Imunisasi Polio
Imunisasi polio memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit poliomielitis.
Polio bisa menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada salah satu maupun kedua lengan/tungkai. Polio juga bisa menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot pernafasan dan otot untuk menelan. Polio bisa menyebabkan kematian.
Terdapat 2 macam vaksin polio:
• IPV (Inactivated Polio Vaccine, Vaksin Salk), mengandung virus polio yang telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan
• OPV (Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan.
Bentuk trivalen (TOPV) efektif melawan semua bentuk polio, bentuk monovalen (MOPV) efektif melawan 1 jenis polio.
Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio I,II, III, dan IV) dengan interval tidak kurang dari 4 minggu.
Imunisasi polio ulangan diberikan 1 tahun setelah imunisasi polio IV, kemudian pada saat masuk SD (5-6 tahun) dan pada saat meninggalkan SD (12 tahun).
Di Indonesia umumnya diberikan vaksin Sabin. Vaksin ini diberikan sebanyak 2 tetes (0,1 mL) langsung ke mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang berisi air gula.
Kontra indikasi pemberian vaksin polio:
• Diare berat
• Gangguan kekebalan (karena obat imunosupresan, kemoterapi, kortikosteroid)
• Kehamilan.
Efek samping yang mungkin terjadi berupa kelumpuhan dan kejang-kejang.
Dosis pertama dan kedua diperlukan untuk menimbulkan respon kekebalan primer, sedangkan dosis ketiga dan keempat diperlukan untuk meningkatkan kekuatan antibodi sampai pada tingkat yang tertinggi.
Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi dasar, kepada orang dewasa tidak perlu dilakukan pemberian booster secara rutin, kecuali jika dia hendak bepergian ke daerah dimana polio masih banyak ditemukan.
Kepada orang dewasa yang belum pernah mendapatkan imunisasi polio dan perlu menjalani imunisasi, sebaiknya hanya diberikan IPV.
Kepada orang yang pernah mengalami reaksi alergi hebat (anafilaktik) setelah pemberian IPV, streptomisin, polimiksin B atau neomisin, tidak boleh diberikan IPV. Sebaiknya diberikan OPV.
Kepada penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita AIDS, infeksi HIV, leukemia, kanker, limfoma), dianjurkan untuk diberikan IPV. IPV juga diberikan kepada orang yang sedang menjalani terapi penyinaran, terapi kanker, kortikosteroid atau obat imunosupresan lainnya.
IPV bisa diberikan kepada anak yang menderita diare.
Jika anak sedang menderita penyakit ringan atau berat, sebaiknya pelaksanaan imunisasi ditunda sampai mereka benar-benar pulih.
IPV bisa menyebabkan nyeri dan kemerahan pada tempat penyuntikan, yang biasanya berlangsung hanya selama beberapa hari.
Imunisasi Campak
Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak (tampek).
Imunisasi campak diberikan sebanyak 1 dosis pada saat anak berumur 9 bulan atau lebih. Pada kejadian luar biasa dapat diberikan pada umur 6 bulan dan diulangi 6 bulan kemudian.
Vaksin disuntikkan secara subkutan dalam sebanyak 0,5 mL.
Kontra indikasi pemberian vaksin campak:
• infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38°Celsius
• gangguan sistem kekebalan
• pemakaian obat imunosupresan
• alergi terhadap protein telur
• hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin
• wanita hamil.
Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit, diare, konjungtivitis dan gejala kataral serta ensefalitis (jarang).
Imunisasi MMR
Imunisasi MMR memberi perlindungan terhadap campak, gondongan dan campak Jerman dan disuntikkan sebanyak 2 kali.
Campak menyebabkan demam, ruam kulit, batuk, hidung meler dan mata berair. Campak juga menyebabkan infeksi telinga dan pneumonia. Campak juga bisa menyebabkan masalah yang lebih serius, seperti pembengkakan otak dan bahkan kematian.
Gondongan menyebabkan demam, sakit kepala dan pembengkakan pada salah satu maupun kedua kelenjar liur utama yang disertai nyeri. Gondongan bisa menyebabkan meningitis (infeksi pada selaput otak dan korda spinalis) dan pembengkakan otak. Kadang gondongan juga menyebabkan pembengkakan pada buah zakar sehingga terjadi kemandulan.
Campak Jerman (rubella) menyebabkan demam ringan, ruam kulit dan pembengkakan kelenjar getah bening leher. Rubella juga bisa menyebakban pembengkakan otak atau gangguan perdarahan.
Jika seorang wanita hamil menderita rubella, bisa terjadi keguguran atau kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkannya (buta atau tuli).
Terdapat dugaan bahwa vaksin MMR bisa menyebabkan autisme, tetapi penelitian membuktikan bahwa tidak ada hubungan antara autisme dengan pemberian vaksin MMR.
Vaksin MMR adalah vaksin 3-in-1 yang melindungi anak terhadap campak, gondongan dan campak Jerman.
Vaksin tunggal untuk setiap komponen MMR hanya digunakan pada keadaan tertentu, misalnya jika dianggap perlu memberikan imunisasi kepada bayi yang berumur 9-12 bulan.
Suntikan pertama diberikan pada saat anak berumur 12-15 bulan. Suntikan pertama mungkin tidak memberikan kekebalan seumur hidup yang adekuat, karena itu diberikan suntikan kedua pada saat anak berumur 4-6 tahun (sebelum masuk SD) atau pada saat anak berumur 11-13 tahun (sebelum masuk SMP).
Imunisasi MMR juga diberikan kepada orang dewasa yang berumur 18 tahun atau lebih atau lahir sesudah tahun 1956 dan tidak yakin akan status imunisasinya atau baru menerima 1 kali suntikan MMR sebelum masuk SD.
Dewasa yang lahir pada tahun 1956 atau sebelum tahun 1956, diduga telah memiliki kekebalan karena banyak dari mereka yang telah menderita penyakit tersebut pada masa kanak-kanak.
Pada 90-98% orang yang menerimanya, suntikan MMR akan memberikan perlindungan seumur hidup terhadap campak, campak Jerman dan gondongan.
Suntikan kedua diberikan untuk memberikan perlindungan adekuat yang tidak dapat dipenuhi oleh suntikan pertama.
Efek samping yang mungkin ditimbulkan oleh masing-masing komponen vaksin:
• Komponen campak
1-2 minggu setelah menjalani imunisasi, mungkin akan timbul ruam kulit. Hal ini terjadi pada sekitar 5% anak-anak yang menerima suntikan MMR.
Demam 39,5° Celsius atau lebih tanpa gejala lainnya bisa terjadi pada 5-15% anak yang menerima suntikan MMR. Demam ini biasanya muncul dalam waktu 1-2 minggu setelah disuntik dan berlangsung hanya selama 1-2 hari.
Efek samping tersebut jarang terjadi pada suntikan MMR kedua.
• Komponen gondongan
Pembengkakan ringan pada kelenjar di pipi dan dan dibawah rahang, berlangsung selama beberapa hari dan terjadi dalam waktu 1-2 minggu setelah menerima suntikan MMR.
• Komponen campak Jerman
Pembengkakan kelenjar getah bening dan atau ruam kulit yang berlangsung selama 1-3 hari, timbul dalam waktu 1-2 mingu setelah menerima suntikan MMR. Hal ini terjadi pada 14-15% anak yang mendapat suntikan MMR.
Nyeri atau kekakuan sendi yang ringan selama beberapa hari, timbul dalam waktu 1-3 minggu setelah menerima suntikan MMR. Hal ini hanya ditemukan pada 1% anak-anak yang menerima suntikan MMR, tetapi terjadi pada 25% orang dewasa yang menerima suntikan MMR. Kadang nyeri/kekakuan sendi ini terus berlangsung selama beberapa bulan (hilang-timbul).
Artritis (pembengkakan sendi disertai nyeri) berlangsung selama 1 minggu dan terjadi pada kurang dari 1% anak-anak tetapi ditemukan pada 10% orang dewasa yang menerima suntikan MMR. Jarang terjadi kerusakan sendi akibat artritis ini.
Nyeri atau mati rasa pada tangan atau kaki selama beberapa hari lebih sering ditemukan pada orang dewasa.
Meskipun jarang, setelah menerima suntikan MMR, anak-anak yang berumur dibawah 6 tahun bisa mengalami aktivitas kejang (misalnya kedutan). Hal ini biasanya terjadi dalam waktu 1-2 minggu setelah suntikan diberikan dan biasanya berhubungan dengan demam tinggi.
Keuntungan dari vaksin MMR lebih besar jika dibandingkan dengan efek samping yang ditimbulkannya. Campak, gondongan dan campak Jerman merupakan penyakit yang bisa menimbulkan komplikasi yang sangat serius.
Jika anak sakit, imunisasi sebaiknya ditunda sampai anak pulih.
Imunisasi MMR sebaiknya tidak diberikan kepada:
• anak yang alergi terhadap telur, gelatin atau antibiotik neomisin
• anak yang 3 bulan yang lalu menerima gamma globulin
• anak yang mengalami gangguan kekebalan tubuh akibat kanker, leukemia, limfoma maupun akibat obat prednison, steroid, kemoterapi, terapi penyinaran atau obati imunosupresan.
• wanita hamil atau wanita yang 3 bulan kemudian hamil.

Imunisasi Hib
Imunisasi Hib membantu mencegah infeksi oleh Haemophilus influenza tipe b.
Organisme ini bisa menyebabkan meningitis, pneumonia dan infeksi tenggorokan berat yang bisa menyebabkan anak tersedak.
Vaksin Hib diberikan sebanyak 3 kali suntikan, biasanya pada saat anak berumur 2, 4 dan 6 bulan.
Imunisasi Varisella
Imunisasi varisella memberikan perlindungan terhadap cacar air.
Cacar air ditandai dengan ruam kulit yang membentuk lepuhan, kemudian secara perlahan mengering dan membentuk keropeng yang akan mengelupas.
Setiap anak yang berumur 12-18 bulan dan belum pernah menderita cacar air dianjurkan untuk menjalani imunisasi varisella.
Anak-anak yang mendapatkan suntikan varisella sebelum berumur 13 tahun hanya memerlukan 1 dosis vaksin.
Kepada anak-anak yang berumur 13 tahun atau lebih, yang belum pernah mendapatkan vaksinasi varisella dan belum pernah menderita cacar air, sebaiknya diberikan 2 dosis vaksin dengan selang waktu 4-8 minggu.
Cacar air disebabkan oleh virus varicella-zoster dan sangat menular.
Biasanya infeksi bersifat ringan dan tidak berakibat fatal; tetapi pada sejumlah kasus terjadi penyakit yang sangat serius sehingga penderitanya harus dirawat di rumah sakit dan beberapa diantaranya meninggal.
Cacar air pada orang dewasa cenderung menimbulkan komplikasi yang lebih serius.
Vaksin ini 90-100% efektif mencegah terjadinya cacar air. Terdapat sejumlah kecil orang yang menderita cacar air meskipun telah mendapatkan suntikan varisella; tetapi kasusnya biasanya ringan, hanya menimbulkan beberapa lepuhan (kasus yang komplit biasanya menimbulkan 250-500 lepuhan yang terasa gatal) dan masa pemulihannya biasanya lebih cepat.
Vaksin varisella memberikan kekebalan jangka panjang, diperkirakan selama 10-20 tahun, mungkin juga seumur hidup.
Efek samping dari vaksin varisella biasanya ringan, yaitu berupa:
• demam
• nyeri dan pembengkakan di tempat penyuntikan
• ruam cacar air yang terlokalisir di tempat penyuntikan.
Efek samping yang lebih berat adalah:
• kejang demam, yang bisa terjadi dalam waktu 1-6 minggu setelah penyuntikan
• pneumonia
• reaksi alergi sejati (anafilaksis), yang bisa menyebabkan gangguan pernafasan, kaligata, bersin, denyut jantung yang cepat, pusing dan perubahan perilaku. Hal ini bisa terjadi dalam waktu beberapa menit sampai beberapa jam setelah suntikan dilakukan dan sangat jarang terjadi.
• ensefalitis
• penurunan koordinasi otot.
Imunisasi varisella sebaiknya tidak diberikan kepada:
• Wanita hamil atau wanita menyusui
• Anak-anak atau orang dewasa yang memiliki sistem kekebalan yang lemah atau yang memiliki riwayat keluarga dengan kelainan imunosupresif bawaan
• Anak-anak atau orang dewasa yang alergi terhadap antibiotik neomisin atau gelatin karena vaksin mengandung sejumlah kecil kedua bahan tersebut
• Anak-anak atau orang dewasa yang menderita penyakit serius, kanker atau gangguan sistem kekebalan tubuh (misalnya AIDS)
• Anak-anak atau orang dewasa yang sedang mengkonsumsi kortikosteroid
• Setiap orang yang baru saja menjalani transfusi darah atau komponen darah lainnya
• Anak-anak atau orang dewasa yang 3-6 bulan yang lalu menerima suntikan immunoglobulin.
Imunisasi HBV
Imunisasi HBV memberikan kekebalan terhadap hepatitis B.
Hepatitis B adalah suatu infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker hati dan kematian.
Dosis pertama diberikan segera setelah bayi lahir atau jika ibunya memiliki HBsAg negatif, bisa diberikan pada saat bayi berumur 2 bulan.
Imunisasi dasar diberikan sebanyak 3 kali dengan selang waktu 1 bulan antara suntikan HBV I dengan HBV II, serta selang waktu 5 bulan antara suntikan HBV II dengan HBV III. Imunisasi ulangan diberikan 5 tahun setelah suntikan HBV III. Sebelum memberikan imunisasi ulangan dianjurkan untuk memeriksa kadar HBsAg.
Vaksin disuntikkan pada otot lengan atau paha.
Kepada bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg positif, diberikan vaksin HBV pada lengan kiri dan 0,5 mL HBIG (hepatitis B immune globulin) pada lengan kanan, dalam waktu 12 jam setelah lahir. Dosis kedua diberikan pada saat anak berumur 1-2 bulan, dosis ketiga diberikan pada saat anak berumur 6 bulan.
Kepada bayi yang lahir dari ibu yang status HBsAgnya tidak diketahui, diberikan HBV I dalam waktu 12 jam setelah lahir. Pada saat persalinan, contoh darah ibu diambil untuk menentukan status HBsAgnya; jika positif, maka segera diberikan HBIG (sebelum bayi berumur lebih dari 1 minggu).
Pemberian imunisasi kepada anak yang sakit berat sebaiknya ditunda sampai anak benar-benar pulih.
Vaksin HBV dapat diberikan kepada ibu hamil.
Efek samping dari vaksin HBV adalah efek lokal (nyeri di tempat suntikan) dan sistemis (demam ringan, lesu, perasaan tidak enak pada saluran pencernaan), yang akan hilang dalam beberapa hari.
Imunisasi Pneumokokus Konjugata
Imunisasi pneumokokus konjugata melindungi anak terhadap sejenis bakteri yang sering menyebabkan infeksi telinga. Bakteri ini juga dapat menyebabkan penyakit yang lebih serius, seperti meningitis dan bakteremia (infeksi darah).
Kepada bayi dan balita diberikan 4 dosis vaksin.
Vaksin ini juga dapat digunakan pada anak-anak yang lebih besar yang memiliki resiko terhadap terjadinya infeksi pneumokokus.























Posyandu Ditinggalkan Setelah Balita Dapat Imunisasi Lengkap
Merry Wahyuningsih - detikHealth

Your browser does not support iframes.



(Foto: Merry/detikHealth)
Jakarta, Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) merupakan garda depan untuk membantu memastikan tumbuh kembang anak di Indonesia. Sayangnya, sebagian ibu-ibu masih menganggap Posyandu hanya tempat untuk mendapatkan imunisasi, sehingga banyak yang meninggalkan Posyandu setelah imunisasi lengkap.

Saat ini ada sekitar 350.000 Posyandu yang tersebar di seluruh Indonesia, yang merupakan garda depan dalam melayani masyarakat, terutama anak-anak.

Dari hasil penelitian yang dilakukan Institut Pertanian Bogor (IPB) pada periode Juni 2009 sampai Mei 2010 di 9 Provinsi dan 22 kota di seluruh Indonesia, 97 persen anak sudah dibawa ke Posyandu setiap bulan. Tetapi sebagian kegiatan rutin tersebut berhenti setelah anak berusia 2 tahun.

"Posyandu itu bukan hanya tempat untuk mendapatkan imunisasi, tetapi juga memonitoring pertumbuhan dan perkembangan anak hingga usia 5 tahun. Tapi kebanyakan ibu-ibu sudah drop out dari Posyandu setelah merasa imunisasi anaknya lengkap," ujar Prof Dr Ir Ali Khomsan, MS, dari Fakultas Ekologi Manusia Departemen Gizi Masyarakat IPB, disela-sela acara Konferensi Pers 'Ayo ke Posyandu Tumbuh, Aktif, Tanggap' di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, Senin (13/12/2010).

Menurut Prof Ali, ada banyak alasan ibu tak mau lagi membawa anaknya ke Posyandu, antara lain:
1. Merasa sudah tidak punya tanggungan untuk ke Posyandu karena merasa imunisasi sudah lengkap
2. Malas membangunkan anaknya
3. Ibu sibuk atau bekerja

"Padahal ke Posyandu bukan hanya untuk mendapatkan imunisasi, tetapi memonitor dan menimbang berat badan anak. Hal ini karena kebanyakan anak balita sering mengalami fase susah makan, sehingga berat badannya harus dikontrol terus jangan sampai si anak kekurangan gizi. Sebaiknya ibu tetap rutin ke Posyandu hingga anak usia 5 tahun, meskipun imunisasi anak sudah lengkap," lanjut Prof Ali.

Kegiatan penimbangan berat badan rutin sangat penting untuk mengamati pertumbuhan yang terjadi pada anak. Dengan penimbangan berat badan rutin juga dapat menemukan kasus-kasus gizi kurang dan mencegah busung lapar.

Prof Ali menuturkan, usia 5 tahun merupakan periode kritis kedua pada anak. Bila pertumbuhan anak tidak dipantau hingga mengalami status gizi yang buruk, maka hal tersebut bisa berlanjut seiring pertumbuhan anak. Jadi, sebaiknya tetaplah rutin membawa balita Anda ke Posyandu hingga usia 5 tahun














POSYANDU
Posted on June 24, 2008 by Hendra Arif W.
Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) merupakan salah satu bentuk upaya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh, dari dan bersama masyarakat, untuk memberdayakan dan memberikan kemudahan kepada masyarakat guna memperoleh pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak balita.
Posyandu adalah wadah pelayanan terpadu yang dikelola dari, oleh dan untuk masyarakat guna mempercepat peningkatan kesehatan dan kesejahteraan ibu, anak dan keluarga.
Tujuan Posyandu
Menghimpun potensi masyarakat untuk berperan serta secara aktif meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan ibu, bayi,balita dan keluarga serta mempercepat penurunan angka kematian ibu, bayi dan balita.
Kegiatan Pelayanan Di Posyandu
Kegiatan posyandu dari sisi supply 5 program terpadu.
1. Gizi
• Pemantauan pertumbuhan, deteksi dini BGM
• Penyuluhan pemberian ASI Eklusif, MP ASI, makanan seimbang, pemanfaatan tanah pekarangan.
• Pemberian vitamin A Pebruari dan Agustus
• Rujukan BGM
2. Pelayanan Imunisasi
• Imunisasi rutin bayi
• Imunisasi TT ibu hamil
3. Pelayanan KIA
• Pengobatan balita sakit
• Pelayanan antenatal termasuk tablet Fe
• Deteksi dini tumbuh kembang balita
4. Pelayanan KB
• Distribusi alat kontrasepsi ulang
• Pelayan KB baru
5. Penanggulangan diare melalui distribusi oralit
Pelayanan oleh tenaga kesehatan di posyandu:
1. Imunisasi rutin bayi
2. Penangan balita yang dirujuk kader
3. Penangan balita sakit dengan
• Balita dengan gejala batuk, sukar bernafas, diare, demam (malaria,DBD,campak), sakit telinga, BGM, anemia.
• Bayi dengan masalah pemberian makan dan berat badan rendah
• Konseling pemberian ASI dan MP ASI
4. Deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang balita.
5. Merujuk kasus gizi buruk, sakit berat dan gangguan tumbuh kembang ke tempat yang lebih mampu.
6. Pelayanan ibu hamil dan nifas / buteki, ibu balita:
• Pelayanan antenatal termasuk tablet Fe
• Pelayan KB.
Tugas Kader
Tugas kader adalah hal-hal yang perlu dilakukan oleh kader dalam memberikan pelayanan kesehatan di Posyandu. Tugas-tugas kader dalam menyelenggarakan Posyandu dibagi dalam 3 kelompok yaitu :
a. Tugas-tugas kader Posyandu pada H- atau saat persiapan hari buka Posyandu,meliputi :
• Menyiapkan alat dan bahan, yaitu alat penimbangan bayi, KMS, alat peraga, LILA, alat pengukur, obat-obat yang dibutuhkan (pil besi, vitamin A, oralit), bahan/materi penyuluhan.
• Mengundang dan menggerakkan masyarakat, yaitu memberitahu ibu-ibu untuk dating ke posyandu.
• Menghubungi Pokja Posyandu, yaitu menyampaikan rencana kegiatan kepada kantor desa dan meminta mereka untuk memastikan apakah petugas sector bisa hadir pada hari buka posyandu.
• Melaksanakan pembagian tugas, yaitu menentukan pembagian tugas di antara kader posyandu baik untuk persiapan maupun pelaksanaan kegiatan.
b. Tugas kader pada hari buka Posyandu disebut juga dengan tugas pelayanan 5 meja, meliputi :
1. Meja – 1, terdiri dari tugas-tugas sebagai berikut :
• Mendaftar bayi/balita, yaitu menuliskan nama balita pada KMS dan secarik kertas yang diselipkan pada KMS
• Mendaftar ibu hamil, yaitu menuliskan nama ibu hamil pada Formulir atau Register Ibu Hamil.
2. Meja – 2, terdiri dari tugas-tugas sebagai berikut :
• Menimbang bayi/balita
• Mencatat hasil penimbangan pada secarik kertas yang akan dipindahkan pada KMS
3. Meja – 3, terdiri dari tugas-tugas sebagai berikut :
• Mengisi KMS atau memindahkan catatan hasil penimbangan balita dari secarik kertas ke dalam KMS anak tersebut.
4. Meja – 4, terdiri dari tugas-tugas sebagai berikut :
• Menjelaskan data KMS atau keadaan anak berdasarkan data kenaikan berat badan yang digambarkan dalam grafik KMS kepada ibu dari anak yang bersangkutan.
• Memberikan penyuluhan kepada setiap ibu dengan mengacu pada data KMS anaknya atau dari hasil pengamatan mengenai masalah yang dialami sasaran.
• Memberikan rujukan ke Puskesmas apabila diperlukan, untuk balita, ibu hamil, dan menyusui berikut ini :
Balita : apabila berat badannya di bawah garis merah (BGM) pada KMS, 2 kali berturut-turut berat badannya tidak naik, kelihatan sakit (lesu-kurus, busung lapar, mencret, rabun mata, dan sebagainya.
Ibu hamil atau menyusui : apabila keadaannya kurus, pucat, bengkak kaki, pusing terus-menerus, pendarahan, sesak nafas, gondokan, dan sebagainya.
 Orang sakit.
Memberikan pelayanan gizi dan kesehatan dasar oleh kader Posyandu, misalnya pemberian pil tambah darah (pil besi), vitamin A, oralit, dan sebagainya.
5. Meja – 5, merupakan kegiatan pelayanan sektor yang biasanya dilakukan oleh petugas kesehatan, PLKB, PPL, dll. Pelayanan yang diberikan antara lain :
• Pelayanan Imunisasi
• Pelayanan Keluarga Berencana
• Pengobatan
• Pemberian pil tambah darah (pil besi), vitamin A, dan obat-obatan lainnya.
c. Tugas-tugas kader setelah hari buka Posyandu, meliputi :
 Memindahkan catatan-catatan dalam Kartu Menuju Sehat ke dalam buku register atau buku bantu kader.
 Menilai (mengevaluasi) hasil kegiatan dan merencanakan kegiatan hari Posyandu pada bulan berikutnya.
 Kegiatan diskusi kelompok (penyuluhan kelompok) bersama ibu-ibu yang rumahnya berdekatan (kelompok dasawisma).
Kegiatan kunjungan rumah (penyuluhan perorangan), sekaligus untuk tindak lanjut dan mengajak ibu-ibu dating ke Posyandu pada kegiatan bulan berikutnya.
d. Paket Pelayanan Minimal dan Paket Pilihan Posyandu
Paket pelayanan minimal posyandu adalah kegiatan-kegiatan dasar yang merupakan tugas utama kader untuk dilaksanakan di Posyandu. Program yang termasuk dalam pelayanan minimal adalah :
1. Bayi dan Anak Balita
• Penimbangan bulanan dan penyuluhan gizi dan kesehatan.
• Pemberian paket pertolongan gizi : pemberian vitamin A, pemberian paket Makanan Pendamping ASI (MP-ASI), Pemberian Makana Tambahan (PMT).
• Imunisasi dan pemantauan kasus lumpuh layuh
• Identifikasi gangguan/penyakit, pengobatan sederhana dan rujukan, terutama untuk diare, radang paru-paru (Pneumonia)
2. Ibu Hamil
• Pemeriksaan kehamilan
• Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi ibu kurang gizi atau Kurang Energi Kronis (KEK).
• Pemberian tablet tambah darah (pil besi)
• Penyuluhan tentang gizi dan kesehatan ibu.
3. Ibu Nifas/Menyusui
• Pemberian kapsul vitamin A
• Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
• Pelayanan nifas bagi ibu dan bayinya dan pemberian tablet tambah darah.
• Pelayanan KB
• KIE/penyuluhan tentang makanan selama menyusui, ASI Eksklusif, perawatan nifas dan perawatan bayi baru lahir, pengenalan tanda bahaya dan KB.
Sedangkan Paket Pilihan Posyandu merupakan kegiatan-kegiatan di luar kegiatan dasar yang disesuaikan dengan masalah/kebutuhan yang dirasakan masyarakat di wilayah layanan Posyandu masing-masing.
 Program samijaga dan perbaikan lingkungan pemukiman.
 Perkembangan anak, termasuk kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB).
 Penanggulangan penyakit endemis setempat, misalnya gondok, Demam Berdarah Dengue (DBD), malaria dll.
 Usaha Kesehatan Gizi Masyarakat Desa (UKGMD)
 Dan lain-lain.
Sasaran Posyandu
Sasaran Posyandu adalah semua anggota masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan dasar yang ada di Posyandu terutama :
 Bayi dan anak balita
 Ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui
 Pasangan Usia Subur (PUS)
 Pengasuh Anak
Manfaat Posyandu
a. Bagi Masyarakat
 Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan bagi anak balita dan ibu
 Pertumbuhan anak balita terpantau sehingga tidak menderita gizi kurang/gizi buruk
 Bayi dan anak balita mendapatkan kapsul vitamin A
 Bayi memperoleh imunisasi lengkap
 Ibu hamil juga akan terpantau berat badannya dan memperoleh tablet tambah darah serta imunisasi TT
 Ibu nifas memperoleh kapsul vitamin A dan tablet tambah darah
 Memperoleh penyuluhan kesehatan yang berkaitan tentang kesehatan ibu dan anak
Apabila terdapat kelaianan pada anak balita, ibu hamil, ibu nifas, dan ibu menyusui dapat segera diketahui dan dirujuk ke Puskesmas
 Dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang kesehatan ibu dan anak balita.
b. Bagi Kader
 Mendapatkan berbagai informasi kesehatan lebih dahulu dan lebih lengkap.
 Ikut berperan secara nyata dalam tumbuh kembang anak balita dan kesehatan ibu.
 Citra diri meningkat di mata masyarakat sebagai orang yang terpercaya dalam bidang kesehatan
 Menjadi panutan karena telah mengabdi demi pertumbuhan anak dan kesehatan ibu.
Sumber :
• Dinkes Provinsi Jawa Timur DIPA PROGRAM Perbaikan Gizi Masyarakat (2006), Panduan Pelatihan Kader Posyandu
• Kantor Pemberdayaan Masyarakat Desa (2006), Buku Pegangan Lembaga Pembina Posyandu, Pemkab Probolinggo
• Pusat Promosi Kesehatan (2006), Buku pegangan kader. Depkes RI





Posyandu: Penting untuk Kesehatan Ibu dan Anak
Oleh redaksi pada Sel, 12/11/2007 - 13:22.
• Artikel
Sosoknya memang sederhana. Namun bila berfungsi sebagaimana mestinya, Posyandu mampu meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak. Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) Tulip. Begitu sebaris tulisan yang terpampang di depan bangunan sederhana di dekat tempat tinggal Mini, ibu muda dengan dua anak. Sebagai warga yang baik, Mini tak pernah lupa membawa anak balitanya ke Posyandu itu.
Namun, ada yang menggelitik benak Mini berkait dengan kegiatan di Posyandu itu. Ia heran, kegiatan di Posyandu itu sangat 'ala kadarnya'. ''Anak-anak ditimbang, dicatat, dikasih makanan, lalu pulang,'' katanya. Mini yang bersuamikan seorang pegawai negeri sipil (PNS) ini, merasa kegiatan seperti itu belumlah cukup. Mestinya, dia bilang, ada kader atau petugas Puskesmas yang memberikan advokasi atau saran-saran pada orang tua yang anak-anaknya bermasalah dengan kesehatan atau berat badannya tak sesuai dengan grafik KMS (Kartu Menuju Sehat). Hal lain yang diperhatikan Mini adalah makanan yang diberikan pada para balita yang datang ke Posyandu. ''Bagaimana Posyandu bisa mendukung gizi mereka, kalau yang diberikan cuma sepotong kue lapis atau secangkir bubur kacang hijau cair.''
Tak cuma Mini. Surutnya peran Posyandu juga dirasakan oleh seorang konsultan gizi dari UNICEF Indonesia, dokter Benny Soegianto MPH. Karena itu, ia sangat setuju dengan seruan yang dilontarkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono belum lama ini untuk merevitalisasi Posyandu. ''Saya kira, ini momentum yang sangat tepat,'' kata Benny, seusai berceramah di depan para kader Posyandu Mager Sari, Kelurahan Ketabang (RW I), Surabaya, Jawa Timur, Rabu (15/6) lalu. Ceramah ini disampaikan dalam rangkaian Kampanye Minum Susu 2005 yang diprakarsai PT Tetra Pak Indonesia, sebuah perusahaan global yang bergerak di bidang pengemasan dan pemrosesan pangan. Selain Surabaya, kampanye ini juga digelar di lima kota lainnya di Indonesia yaitu Denpasar, Semarang, Yogyakarta, Bandung, dan Medan.
Lebih jauh Benny menjelaskan, jika berfungsi sebagaimana mestinya, Posyandu bisa memonitor tumbuh kembang balita yang menjadi anggotanya. Ia kemudian memberi contoh tentang anak-anak Indonesia yang mengalami gizi buruk. Menurutnya, 99 persen anak-anak bergizi buruk itu, sebenarnya lahir dengan berat badan normal. Mungkin saja, tiap bulan berat badan si anak naik, tapi hanya dua ons per bulan. Alhasil, ketika berumur setahun, berat badan si anak cuma sekitar 5-6 kg. Ini sangat kurang. ''Mengapa hal itu terjadi? Karena tidak ada yang memonitor. Lalu, siapa yang mestinya memonitor? Tentunya Posyandu,'' jelas ahli gizi yang juga mengajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Surabaya ini.
Lima meja di Posyandu
Lebih jauh Benny menjelaskan, setiap Posyandu memiliki lima meja yaitu meja pendaftaran, meja penimbangan, meja pengisian KMS (Kartu Menuju Sehat), meja komunikasi, dan meja tindakan. Nah, dari kelima meja ini, titik terlemah ada di meja keempat yaitu meja komunikasi. Ini pula yang terjadi di Posyandu Tulip, dekat rumah Mini. Padahal, meja empat ini memegang fungsi sangat penting. Di sini, hasil penimbangan seorang anak dikomunikasikan.
Jika diketahui berat badan seorang anak anjlok (di bawah grafik KMS), petugas di meja lima bisa melakukan intervensi dengan mencari tahu penyebab turunnya berat badan si anak lalu memberikan saran-saran. ''Untuk anak yang berat badannya kurang, petugas bisa menyarankan sang ibu untuk memberikan nasi goreng.'' Mengapa nasi goreng? ''Nasi biasa sebanyak 100 gram hanya memiliki 180 kalori. Tapi kalau nasi itu dimasak dengan tambahan tiga sendok minyak, maka akan ada tambahan 270 kalori. Ini akan membuat berat badan anak cepat naik,'' kata Benny yang juga mengajar di Akademi Gizi Surabaya.
Selain nasi goreng, ada saran lain dari Benny untuk para ibu yang anaknya memiliki berat badan kurang. ''Berilah si anak kudapan berupa kolak. Boleh juga memberikan nasi dicampur mentega.'' Selain pemantauan berat badan balita, banyak hal lain yang bisa dilakukan di Posyandu yaitu: KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), KB (Keluarga Berencana), gizi, imunisasi, dan penanggulangan diare. ''Jadi, kalau diibaratkan, Posyandu ini seperti one stop shopping.'' Lalu, apa yang mesti dilakukan untuk 'menghidupkan' kembali Posyandu? Tentang hal ini Benny mengatakan bahwa Posyandu sebenarnya merupakan tanggung jawab kolektif dari keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Untuk mengaktifkannya kembali butuh kesadaran dan ketelatenan pihak-pihak yang terkait.
Misalnya saja, Posyandu kurang dana. Dalam hal ini, mestinya pemerintah daerah yang menyediakan. Nah, kalau pemerintah belum punya dana, mungkin masyarakat bisa mengambil peran itu. Misalnya saja, ada anggota masyarakat yang mampu secara ekonomi, bisa saja menjadi 'orang tua asuh' untuk Posyandu. ''Atau, jika di RW (Rukun Warga) itu ada lima orang saja yang mau menyumbang setiap bulan Rp 10 ribu, itu sudah lumayan sekali untuk Posyandu.'' Proses regenerasi juga dinilai Benny sebagai hal yang sangat penting. ''Karena kan pasti ada kader yang sudah sepuh (tua), atau ibu-ibu yang harus pindah ke daerah lain ikut suami. Nah, jadi perlu ada proses rekruitmen (kader Posyandu).''
Jangan lupakan susu
Sementara itu dalam seminar yang digelar di Graha Sawunggaling, Surabaya, sehari sebelumnya, Benny menekankan pentingnya susu bagi balita hingga lansia. Seminar yang dihadiri sekitar 300 kader Posyandu di Kota Surabaya ini juga digelar dalam rangkaian Kampanye Minum Susu 2005. Susu, tak dapat dipungkiri, merupakan minuman yang menyehatkan. Kandungan gizinya terhitung lengkap. Susu mengandung kalsium, fosfor, hingga protein. Selain itu, susu juga mengandung sejumlah vitamin, di antaranya vitamin A dan D.
Mengingat gizinya yang lengkap itu, para ibu hamil disarankan meminumnya. Dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang ditambah susu, maka ibu hamil akan terhindar dari anemia (kurang darah). Dengan begitu, pertumbuhan otak dari janin yang dikandung akan maksimal. Para lansia yang memiliki risiko osteoporosis juga perlu sekaliminum susu. Ini karena susu memiliki kandungan kalsium yang tinggi. Kalsium sendiri, bukan rahasia lagi, adalah zat gizi yang sangat baik untuk kesehatan tulang.
Bagaimana dengan bayi? Untuk bayi berumur 0-6 bulan, air susu ibu (ASI)-lah yang terbaik. Jangan lupakan pula untuk memberi kolostrum pada bayi yang baru lahir. Seperti dikatakan Benny, ASI yang baru saja keluar itu mengandung sejumlah zat penting. ''Kolostrum mengandung sel darah putih dan antibodi untuk menjaga kekebalan bayi,'' kata Benny dalam seminar yang juga dihadiri oleh Ricky Soebagdja, mantan pebulutangkis nasional yang menjadi duta kampanye minum susu, serta Mignonne NB Maramis, direktur komunikasi Tetra Pak.
Selain itu, kolostrum juga mengandung zat pencahar untuk melancarkan pengeluaran mekonium (kotoran pada bayi baru lahir) agar bayi tidak mengalami ikterus (kuning). Kolostrum juga mengandung vitamin A kadar tinggi, serta zat pemacu pertumbuhan dan pematangan sel mukosa usus, sehingga si kecil tidak mudah mengalami alergi.
Benny juga menyarankan para ibu untuk menyusui anaknya hingga dua tahun. Bagaimana dengan susu formula? ''Itu sebaiknya diberikan dalam keadaan darurat, misalnya si ibu karena sesuatu hal tidak bisa menyusui bayinya.'' Nah, ketika bayi berusia di atas enam bulan, boleh-boleh saja si kecil diberikan susu bukan ASI sebagai makanan tambahan atau makanan pendamping ASI. Tapi ingat, jangan berikan susu kental manis. Mengapa? Sebab, susu jenis ini terlalu banyak mengandung gula.
Bagaimana pula dengan susu bubuk? Diakui Benny, dibanding susu cair, kandungan gizi susu bubuk memang lebih rendah. Dalam hal ini, ada beberapa vitamin yang hilang seperti vitamin B dan C. Namun jangan khawatir, karena produk susu bubuk saat ini juga mengalami fortifikasi (pengayaan), sehingga bisa ditambah multivitamin dan mineral. ''Saat ini, susu bubuk merupakan wahana untuk memberikan asupan berbagai zat penting yang kandungannya dalam makanan biasanya kurang.'' Untuk mencapai tumbuh kembang optimal, Benny menyarankan, anak-anak sebaiknya minum dua gelas susu setiap hari.
Namun, minum susu saja belum cukup. ''Selain minum susu, kita juga harus membarenginya dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang,'' tambah Mignonne pada seminar yang sama. Mengenai kampanye minum susu yang telah dilaksanakan sejak tahun 2004 ini, Mignonne mengatakan, program ini dilandasi oleh keprihatinan akan rendahnya tingkat konsumsi susu di Indonesia. Saat ini, konsumsi susu di Indonesia baru mencapai sekitar 7 liter/orang/tahun. Bandingkan dengan Malaysia yang telah mencapai 21 liter/orang/tahun, atau Thailand sebanyak 24 liter/orang/tahun. ''Hal ini merupakan kenyataan yang patut mendapat perhatian dari semua pihak,'' demikian Mignonne.(hid )
sumber: Republika, Minggu, 19 Juni 2005

0 komentar:

Posting Komentar